Air susu ibu (ASI) merupakan hak seluruh anak pada awal pertumbuhan. Meski demikian, terkadang ada kendala dalam prosesnya. Terutama pada ibu muda.
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jatim pun tak pernah berhenti melakukan sosialisasi terkait pentingnya ASI. Seperti yang mereka lakukan saat mengunjungi Kampung ASI di Sidosermo, Surabaya. Mereka sharing dengan warga mengenai pengalaman memberikan ASI. Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka pekan ASI internasional pada 1–7 Agustus.
Wakil Ketua AIMI Jatim Mia Deazi Mayangsari menuturkan, sosialisasi mengenai ASI jarang sekali dilakukan untuk masyarakat kelas bawah. ”Padahal, pemahaman terhadap ASI harus diketahui seluruh masyarakat,” katanya. Acara tersebut, ujar dia, rencananya diagendakan setiap bulan.
Menurut Mia, ASI harus diberikan oleh semua ibu. Sebab, kandungan ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. ”Jika sedang musim flu, ASI ini bisa berguna membantu sistem kekebalan. Bayinya pun tetap sehat,” tuturnya.
Ibu muda sangat sering takut memberikan ASI lantaran khawatir menjadi gemuk. Alasannya, ibu menyusui gampang lapar sehingga akhirnya sering makan. Misalnya, Titik, salah seorang warga yang mengikuti sharing tersebut. ”Ibu muda itu kadang suka takut gemuk karena memberikan ASI,” ujarnya.
Mia menyatakan bahwa hal itu hanya mitos. Saat ibu menyusui, menurut dia, banyak kalori yang tersalurkan untuk buah hati. Dengan demikian, ibu cenderung cepat langsing.
Masalah lain yang dikonsultasikan, puting lecet. Masalah tersebut sering membuat ibu enggan menyusui. Apalagi pada ibu yang tidak tahan terhadap rasa sakit. ”Padahal, kalau ASI-nya tidak dikeluarkan, produksi ASI akan semakin sedikit,” jelasnya.
Konselor ASI RS Katolik St Vincentius a Paulo dr Lucia Pudyastuti SpA juga sering mendapati pasien yang mengeluhkan puting lecet. Posisi dan perlekatan saat menyusui perlu diperhatikan agar puting tidak lecet. ”Saat menyusui, ibu harus berada di posisi nyaman,” katanya.
Untuk awal-awal menyusui, misalnya, dia menyarankan agar memberikan Asi dalam posisi duduk. Kursi yang digunakan sebaiknya dilengkapi sandaran. Tinggi kursi juga harus sesuai dengan panjang kaki ibu saat duduk. ”Agar kakinya tetap bisa menyentuh lantai,” ungkapnya.
Untuk posisi tubuh bayi, kepala hingga pantat harus dalam satu garis lurus. Hidung bayi berada sejajar dengan puting. ”Tujuannya, bayi mampu melahap areola, bukan hanya puting,” jelas dokter yang akrab disapa Luci itu. Areola merupakan daerah berwarna hitam di sekitar puting.
Pada perlekatan, dagu si mungil harus dipastikan menempel di payudara ibu. Perut bayi menyentuh badan ibu. ”Kalau menyedotnya tepat, pasti pipi bayi kembung dan menyedotnya tidak cepat,” ujar spesialis anak tersebut.
Agar bayi mampu memasukkan areola, mulut bayi harus terbuka lebar. Caranya, memberikan rangsangan bau payudara ibu. Pada jam menyusu, kepala bayi dibiarkan mendekat ke payudara ibu yang terbuka. Selanjutnya, puting ditempelkan di pipi bayi. Bayi akan refleks membuka mulut dan mencari payudara ibu.
Inisiasi menyusu dini (IMD) bermanfaat dalam proses tersebut. Saat IMD, bayi mengenali bau tubuh ibunya. Kondisi itu tersimpan dalam memori bayi.
Lalu, bagaimana kalau puting ibu lecet? ”ASI harus tetap dikeluarkan,” saran Luci. Jika ibu tahan dengan rasa nyeri, bayi dibiarkan menyusu langsung dari payudara. Jika ibu kesakitan, bisa memberikan ASI perah. Pemberiannya tidak boleh menggunakan dot, tetapi dengan sendok, pipet, atau cawan. Sebab, dengan minum ASI melalui botol, bayi bisa bingung puting.
Untuk menyembuhkan luka lecet di puting, ibu bisa mengoleskan ASI. ”ASI juga bisa dioleskan sebelum menyusui dan setelahnya. Tujuannya, untuk mensterilkan dan melembapkan,” jelasnya.